Sabtu, 01 Agustus 2009

Pedoman/petunjuk wawancara

Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar, sebagai berikut Menurut Bimo Walgito (2005):

1. Persiapan.

· Menentukan tujuan.

· Menetapkan bentuk pertanyaan ( pertanyaan bebas atau terpimpin ).

· Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi.

· Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai

· Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara

· Mengadakan hubungan dengan responden.

2. Pelaksanaan

· Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi.

· Mengadakan wawancara.

3. Penutup.

· Menyusun laporan wawancara secara sistematis

· Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara

· Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara itu.

Jenis-jenis wawancara

Ada bermacam-macam jenis wawancara sesuai dengan tujuannya ataupun sifat-sifat yang lain yang ada dalam wawancara, seperti jumlah orang yang diwawancarai dan menurut peranan yang dimainkan.
Menurut Bimo Walgito (2005) jenis dan tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi :
1. The employment interview,
2. Informational interview,
3. Administrative interview,
4. Counseling interview,
konselor dapat dengan menggunakan (wawancara ketenagakerjaan) The employment interview karena hal ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kreteria yang diminta oleh suatu employment. Informational interview yaitu interview yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Interview yang dijalankan untuk keperluan administrasi atau biasa disebut dengan Administrative interview, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya ( change in behavior ). Dalam konseling bisa juga menggunakan Counseling interview yaitu interview yang dijalankan untuk keperluan konseling. Interview ini khas dipergunakan dalam proses konseling untuk membantu mencari solusi yang terbaik.
Menurut Bimo Walgito (2005) jumlah orang yang diinterview, wawancara dapat dibedakan menjadi :
1. Interview perorangan (individu),
2. Interview kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok.
Menurut Menurut Bimo Walgito (2005) peranan yang dimainkan, wawancara dapat dibedakan menjadi :
1. The non directive interview,
2. The focused interview,
3. The repeated interview,
Menurut Bimo Walgito ( 2005:82) Berdasarkan sifatnya, wawancara dibedakan menjadi :
1. Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
2. Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
3. Wawancara insidentil, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
4. Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana pada waktu yang telah ditetapkan.

Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog ( Tanya jawab ) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung ( I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985 ).

Menurut Lexy J Moleong (1991) dijelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk mendapatkan informasi secara lesan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian. Sesuai dengan jenisnya, peneliti memakai jenis wawancara seperti yang dikatakan oleh Lexy J Moleong (2002) yaitu :

1. Wawancara berstruktur

2. Wawancara tidak berstruktur

3. Wawancara secara terang-terangan,

4. Wawancara dengan menempatkan informan sebagai sejawat.

Menurut Lexy J Moleong (2002) Teknik wawancara dalam penelitian pendekatan kualitatif dibagi menjadi tiga kategori yaitu :

1. Wawancara dengan cara melakukan pembicaraan informal (informal conversational interview),

2. Wawancara umum yang terarah (general interview guide approach),

3. Wawancara terbuka yang standar (standardized open-ended interview).

Keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. Cara melakukan wawancara ialah mirip dengan kalau kita sedang melakukan pembicaraan dengan lawan bicara kita. Wawancara dimulai dengan mengemukakan topik yang umum untuk membantu peneliti memahami perspektif makna yang diwawancarai. Hal ini sesuai dengan asumsi dasar penelitian kualiatif, bahwa jawaban yang diberikan harus dapat membeberkan perespektif yang diteliti bukan sebaliknya, yaitu perseptif dari peneliti sendiri.

Keunggulan utama wawancara ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak; sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan. Dari sisi pewawancara, yang bersangkutan harus mampu membuat pertanyaan yang tidak menimbulkan jawaban yang panjang dan bertele-tele sehingga jawaban menjadi tidak terfokus. Sebaliknya dari sisi yang diwawancarai, yang bersangkutan dapat dengan enggan menjawab secara terbuka dan jujur apa yang ditanyakan oleh pewawancara atau bahkan dia tidak menyadari adanya pola hidup yang berulang yang dialaminya sehari-hari.

Yang diperlukan oleh pewawancara agar proses wawancaranya berhasil ialah kemauan mendengar dengan sabar, dapat melakukan interaksi dengan orang lain secara baik, dapat mengemas pertanyaan dengan baik, dan mampu mengelaborasi secara halus apa yang sedang ditanyakan jika dirasa yang diwawancari belum cukup memberikan informasi yang diharapkan.

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Manurut J. Lexly Moloeng (2002) mendefinisikan Penelitian kualitatif bahwa :
"Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam i1mu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya dan dalam paistilahannya".
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. www.wikipedia.org/Penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.
Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.
Dasar penelitian ini adalah kualitatif adalah menekankan pada orientasi teoritis, artinya lebih berorientasi untuk mengembangkan atau membangun teori-teori. Oleh karena itu penelitian deskriptif kualitatif lebih menggambarkan cara hidup subjek penelitian sesuai dengan persepsi, pemahaman dan interpretasi mereka sendiri sehingga penelitian deskriptif yaitu berupa kata-kata atau gambaran yang berasal dari data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.

Kamis, 30 Juli 2009

peran peneliti

Setelah mengkaji pendekatan dan jenis penelitian, maka keberhasilan penelitian sangat tergantung pada peran peneliti. Peran dan keterlibatan langsung peneliti sangat diharapkan karena suatu keberhasilan dalam penelitian sangat tergantung pada peran peneliti. Sifat penelitian kualitatif adalah keterlibatan langsung peneliti dilapangan. Peneliti menilai bahwa penelitian suatu kasus jika ingin kasusnya berhasil, diharapkan peneliti mampu menguasai dan menggunakan berbagai macam alat bantu yang digunakan untuk menggapai suatu penelitian agar penelitannya berhasil maksimal. Tidak cukup sekali, sehari, seminggu, atau setahun bahkan bisa juga penelitian itu dilakukan beberapa kali bahkan berpuluh-puluh tahun.

Peneliti yang benar-benar ingin mengetahui berbagai macam persoalan dalam suatu permasalahan tertentu hingga sedetail-detailnya maka akan memakan banyak waktu. Agar hasilnya maksimal ia juga harus bisa dan mau ikut terjun langsung ke lapangan. Peneliti yang mau ikut terjun kelapangan dan mampu menjadi bagian dari lapangan akan mengetahui bagaimana keadaan yang sebenarnya (realitas yang ada). Sehingga permasalahan yang akan diteliti benar-benar sesuai dengan apa yang terjadi dan tidak menyimpang serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya Keterlibatan langsung peneliti di lapangan sangat diharapkan demi tercapainya proses penelitian yang lebih baik. Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen dan sekaligus sebagai perencana, pelaksana, pegumpul data, analis, penafsir data, dan pelapor penelitian.

Moelong (2002) menjelaskan bahwa ciri peneliti sebagai instrument yaitu:

Responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan keutuhan, mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan, dan memanfaatkan kesempatan untuk mencari respon yang tidak lazim dan idiosinkratik.

Dari kutipan di atas dapat dikatakan bahwa ciri peneliti sebagai instrumen yang responsif. Karena manusia sebagai alat responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan itu. Dan sebagai manusia ia bersifat interaktif atau saling berinteraksi antara satu dengan lainnya karean manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya orang lain. Dan di sini peneliti harus bisa menyesuaikan diri pada saat pengumpulan data.

Peneliti sebagai instrument memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya serta memandang dunia sebagai suatu keutuhan. Jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai suatu yang nyata, benar dan punya arti.

Peneliti pada waktu melakukan fungsinya sebagai pengumpul data dengan menggunakan berbagai methode dengan dibekali pengetahuan dan latihan-latihan yang diperlukan untuk sebuah penelitian. Kemampuan lain yang dimiliki pada peneliti sebagai insrument adalah memproses data secepatnya setelah diperolehnya, menyusun kembali, mengubah arah inkuiri atas dasar temuannya, merumuskan hipoteses sewaktu berada di lapangan dan mengetes hipotesis itu pada respondennya, menejelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh klien serta menggali informasi yang lain dari yang lain yang tidak direncanakan semula, yang tidak di duga terlebih dahulu atau yang tidak lazim terjadi.

kualitatif

Manurut J. Lexly Moloeng (2002) mendefinisikan Penelitian kualitatif bahwa :

"Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam i1mu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya dan dalam paistilahannya".

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. www.wikipedia.org/Penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”.

Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terutama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam.

Dasar penelitian ini adalah kualitatif adalah menekankan pada orientasi teoritis, artinya lebih berorientasi untuk mengembangkan atau membangun teori-teori. Oleh karena itu penelitian deskriptif kualitatif lebih menggambarkan cara hidup subjek penelitian sesuai dengan persepsi, pemahaman dan interpretasi mereka sendiri sehingga penelitian deskriptif yaitu berupa kata-kata atau gambaran yang berasal dari data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.